Kita biasanya mengenal hipnotis sebagai sebuah bentuk kejahatan. Kita bisa kehilangan uang, kendaraan, atau barang berharga lainnya di tempat umum, tanpa kita sadari. Dengan cuma ditepuk bahu, atau yang lain. Bisakah kita hindari? Bagaimana caranya? Jawabnya tentu saja bisa. Pertama dengan mengetahui apa itu hipnotis dan bagaimana cara kerjanya. Dan ini mudah.
Hipnotis sebenarnya istilah buat pelakunya, tindakannya sendiri disebut hipnosis. Hipnosis tidak ada kaitannya dengan ilmu hitam. Ini persepsi yang harus kita buang dulu. Hipnosis sendiri adalah ilmu pengetahuan yang layak dipelajari oleh siapapun. Dia seperti pisau, bisa dipakai untuk memotong bawang atau malah membunuh. Tergantung pemakainya.
Hipnosis terkait dengan perilaku (pikiran) kita sehari-hari. Untuk diketahui, mayoritas tindakan kita itu digerakkan oleh pikiran (alam) bawah sadar kita. Pikiran ini yang membentuk persepsi otomatis kita terhadap sesuatu. Pikiran bawah sadar terbentuk dari apa yang indra kita serap setiap hari. Prosesnya juga kerap tidak kita sadari. Apa yang kita lihat, baca, makan, dengar, dan rasakan, semua akan membentuknya. Ketika pikiran bawah sadar kita bekerja, tentu pikiran sadar kita tidak berfungsi. Sehingga kita tidak bisa berpikir logis atau kritis.
Di antara alam sadar dan alam bawah sadar, terdapat critical area yang membatasi. Hipnosis adalah tindakan untuk mengurangi peran area kritis tersebut hingga akhirnya pikiran bawah sadar kita terbuka. Saat hipnotis berhasil memasuki alam bawah sadar kita, tentu kita tidak menjadi kritis dan sangat mudah menerima sugesti. Mentransfer uang, menyerahkan kendaraan, atau lainnya, adalah hasil dari sugesti hipnotis tadi.
Cara untuk mengurangi peran area kritis ini biasanya disebut induksi. Tekniknya macam-macam. Di antaranya dengan pembingungan (membuat kita bingung), intimidasi (membuat kita terpana karena takut atau kagum), pengalihan mendadak, sugesti perlahan, atau yang lain. Kebanyakan hipnotis menggunakan kombinasi dari berbagai teknik tersebut.
Contohnya begini. Pelaku kejahatan hipnosis (selanjutnya dalam artikel ini saya sebut hipnotis) biasanya screening calon korban terlebih dahulu. Yang banyak diincar adalah wanita, remaja, orang yang terlihat kurang percaya diri, dan orang yang sendirian. Wanita diincar karena sering menggunakan perasaan sehingga critical areanya mudah terbuka. Remaja banyak diincar karena critical areanya masih tipis. Orang yang kurang percaya diri itu sugesti dirinya rendah sehingga mudah disugesti orang lain. Dan mereka yang sendirian, minimal mudah melamun atau bengong, sehingga peluang dihipnosis besar.
Hipnotis sebenarnya istilah buat pelakunya, tindakannya sendiri disebut hipnosis. Hipnosis tidak ada kaitannya dengan ilmu hitam. Ini persepsi yang harus kita buang dulu. Hipnosis sendiri adalah ilmu pengetahuan yang layak dipelajari oleh siapapun. Dia seperti pisau, bisa dipakai untuk memotong bawang atau malah membunuh. Tergantung pemakainya.
Hipnosis terkait dengan perilaku (pikiran) kita sehari-hari. Untuk diketahui, mayoritas tindakan kita itu digerakkan oleh pikiran (alam) bawah sadar kita. Pikiran ini yang membentuk persepsi otomatis kita terhadap sesuatu. Pikiran bawah sadar terbentuk dari apa yang indra kita serap setiap hari. Prosesnya juga kerap tidak kita sadari. Apa yang kita lihat, baca, makan, dengar, dan rasakan, semua akan membentuknya. Ketika pikiran bawah sadar kita bekerja, tentu pikiran sadar kita tidak berfungsi. Sehingga kita tidak bisa berpikir logis atau kritis.
Di antara alam sadar dan alam bawah sadar, terdapat critical area yang membatasi. Hipnosis adalah tindakan untuk mengurangi peran area kritis tersebut hingga akhirnya pikiran bawah sadar kita terbuka. Saat hipnotis berhasil memasuki alam bawah sadar kita, tentu kita tidak menjadi kritis dan sangat mudah menerima sugesti. Mentransfer uang, menyerahkan kendaraan, atau lainnya, adalah hasil dari sugesti hipnotis tadi.
Cara untuk mengurangi peran area kritis ini biasanya disebut induksi. Tekniknya macam-macam. Di antaranya dengan pembingungan (membuat kita bingung), intimidasi (membuat kita terpana karena takut atau kagum), pengalihan mendadak, sugesti perlahan, atau yang lain. Kebanyakan hipnotis menggunakan kombinasi dari berbagai teknik tersebut.
Contohnya begini. Pelaku kejahatan hipnosis (selanjutnya dalam artikel ini saya sebut hipnotis) biasanya screening calon korban terlebih dahulu. Yang banyak diincar adalah wanita, remaja, orang yang terlihat kurang percaya diri, dan orang yang sendirian. Wanita diincar karena sering menggunakan perasaan sehingga critical areanya mudah terbuka. Remaja banyak diincar karena critical areanya masih tipis. Orang yang kurang percaya diri itu sugesti dirinya rendah sehingga mudah disugesti orang lain. Dan mereka yang sendirian, minimal mudah melamun atau bengong, sehingga peluang dihipnosis besar.
Oya, biasanya hipnotis berpenampilan fisik intimidatif. Bisa membuat kita takut atau kagum. Bisa sangar atau malah perlente sekalian. Hipnotis juga harus memiliki sugesti diri yang tinggi, minimal lebih tinggi dari korbannya.
Kembali ke screening, yang tentu dan ternyata tidak seprofesional itu. Banyak hipnotis yang salah duga. Karena cover buku belum tentu menjelaskan isinya. Oleh karenanya, hipnotis lebih cenderung trial and error bahkan acak dalam mencari korban. Tepuk sana tepuk sini.
Nah, biasanya dari sekian orang yang ditepuk bahunya, ada saja satu atau dua orang yang setelah ditepuk dia terlihat kebingungan (blank). Ini menandakan critical areanya mulai goyah. Ini teknik pengalihan mendadak. Ada yang pada tahap ini saja korban sudah bisa dihipnosis. Bagi yang critical areanya hanya goyah (bukan terbuka), hipnotis bisa mengajukan tangannya untuk bersalaman, ketika korban menyambutnya secara refleks, berarti tanda positif bagi hipnotis. Posisi tangan saat bersalaman biasanya berbeda dari lazimnya, hipnotis suka mengangkat tangan korban dari posisi biasanya. Lalu hipnotis melancarkan pertanyaan aneh (teknik pembingungan), misalnya,”Di mana selat sunda terbakar adonan kuenya?” , dengan tangan masih digenggam. Pertanyaan ini untuk semakin membingungkan pikiran sadar korban. Karena dilakukan pada saat critical area korban goyah, korban bukannya malah berpikir, tapi sebaliknya. Selanjutnya hipnotis bisa mengalihkan mendadak korban lagi dengan menghentakkan ke bawah tangan korban yang sedang bersalaman dengannya. Setelah critical area korban terbuka, tinggal melakukan sugesti saja.
Atau contoh lain, tanpa melancarkan pertanyaan aneh, hipnotis akan mencoba mensugesti perlahan si korban. Untuk yang satu ini diperlukan kemampuan persuasi yang bagus dari hipnotis. Dan tentu lebih sulit, namun ternyata lazim terjadi. Banyak pelaku bermodus menjual barang nggak jelas atau kehabisan ongkos lalu berhasil merogoh kocek korban begitu dalam.
Contoh di atas adalah hipotesis dan modus yang pernah saya ungkap di lapangan. Tentu banyak variasi yang lainnya. Yang patut dicetak tebal, hipnosis hanya terjadi atas seizin kita yang dihipnosis. Meski kita disugesti orang lain, pada dasarnya kita lah yang mengizinkan. Karena saat critical area kita menipis, dapat dengan mudah bagi kita-semestinya- untuk menebalkannya lagi. Namanya juga critical area.
Setelah mengetahui bagaimana hipnosis bekerja, apalagi yang harus kita lakukan? Tips paling ampuh tentu saja kita mesti memiliki sugesti diri yang baik, sehingga tidak mudah disugesti oleh orang lain tanpa seizin kita. Sugesti diri ini bertetangga dekat dengan spiritualitas (keyakinan = alam bawah sadar). Adapun cara paling mudah untuk meningkatkan spiritualitas adalah dengan mensyukuri hidup kita saat ini. Bersyukur dalam hati, lisan, dan perbuatan. Guru The Secret, Joe Vitale, pun sepakat dengan teknik ini. Selebihnya kita hanya perlu meningkatkan kewaspadaan saja. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar: