Sebenarnya jumlah follower akan berbanding lurus dengan kualitas dan kuantitas isi twit kita. Kalau makin rajin kita ngetwit dan isinya memang hal-hal baru yang unik dan bermanfaat bagi orang banyak, tentunya twit kita akan dirujuk kemana-mana (retweet), dan ujung-ujungnya dapat menambah jumlah follower kita.
Tetapi sebenarnya percuma juga banyak follower, tetapi kita tidak melakukan kesalehan sosial.
Artinya, kita hanya menganggap jumlah follower sebagai sesuatu yang bisa kita monetize (diuangkan) dengan cara kita menjadi buzzer atau menasbihkan diri sebagai channel promosi bagi produk atau merek tertentu.
Follower yang makin banyak sebenarnya mengharuskan kita untuk semakin banyak pula melakukan kesalehan-kesalehan sosial kepada follower tersebut.
Misalnya dengan cara men-twit atau me-ritwit informasi yang dibutuhkan atau dicari oleh orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan.
Perlu juga, dalam konteks kesalehan sosial tersebut, kita men-twit misalnya ajakan-ajakan untuk melakukan perubahan/perbaikan terhadap kondisi sesuatu.
Tetapi sebenarnya percuma juga banyak follower, tetapi kita tidak melakukan kesalehan sosial.
Artinya, kita hanya menganggap jumlah follower sebagai sesuatu yang bisa kita monetize (diuangkan) dengan cara kita menjadi buzzer atau menasbihkan diri sebagai channel promosi bagi produk atau merek tertentu.
Follower yang makin banyak sebenarnya mengharuskan kita untuk semakin banyak pula melakukan kesalehan-kesalehan sosial kepada follower tersebut.
Misalnya dengan cara men-twit atau me-ritwit informasi yang dibutuhkan atau dicari oleh orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan.
Perlu juga, dalam konteks kesalehan sosial tersebut, kita men-twit misalnya ajakan-ajakan untuk melakukan perubahan/perbaikan terhadap kondisi sesuatu.
Tidak ada komentar: