Sebuah survei memperlihatkan, saat ini banyak remaja khawatir ketika memasukan data pribadinya ke jejaring sosial seperti Facebook. Pasalnya hal tersebut bisa menghancurkan peluang mereka mendapatkan pekerjaan.
Penelitian yang dilakukan YouGov pada Information Commissioner Office (ICO), menemukan 42 persen dari siswa saat ini merasa khawatir terhadap penyimpanan data pribadi mereka karena dapat membahayakan peluang mereka dalam mendapatkan pekerjaan. Demikian seperti dikutip Daily Mail, Jumat (28/10/2011).
Penelitian ini juga mengungkapkan banyak siswa yang tidak melakukan banyak hal untuk menyangkal risiko pencurian identitas.
"Ketika berada di masa sulit, kebanyakan pelajar atau remaja kurang tenang menyikapi privasi yang mereka miliki, terutama dalam kaitannya dengan informasi yang mereka posting secara online. Tetapi mungkin banyak yang tidak tahu apa yang dapat mereka lakukan melalui jejaring sosial," ungkap Christopher Graham, komisioner invormasi dalam penelitian ini.
Survei ini muncul setelah Acas (layanan penasehat nondepartemen di Inggris) menerbitkan panduan untuk mendesak atasan mendisiplinkan karyawannya ketika berkomentar di situs jejaring sosial.
"Seorang manajer tidak perlu mengikuti seorang karyawannya ke tempat hiburan untuk memeriksa apa yang dikatakan karyawan tersebut kepada teman-temannya ketika berada di tempat kerja. Ini karena mereka dapat melakukan sesuatu di media online," ungkap John Taylor, chief executive Acas.
"Tetapi pada saat yang sama karyawan juga perlu berhati-hati tentang apa yang mereka posting secara online. Perilaku online tidak harus berbeda dari perilaku offline," lanjutnya.
Karyawan harus menganggap semua yang dikatakan di internet adalah publik dan harus mempertimbangkan apakah mereka ingin rekan-rekan atau atasan mereka membaca postingan atau komentarnya.
"Postingan mereka mungkin tidak berarti, tapi apa yang mereka posting bisa berakhir menjadi sesuatu yang nantinya akan dilihat miliaran orang di seluruh dunia," tutupnya.
Penelitian yang dilakukan YouGov pada Information Commissioner Office (ICO), menemukan 42 persen dari siswa saat ini merasa khawatir terhadap penyimpanan data pribadi mereka karena dapat membahayakan peluang mereka dalam mendapatkan pekerjaan. Demikian seperti dikutip Daily Mail, Jumat (28/10/2011).
Penelitian ini juga mengungkapkan banyak siswa yang tidak melakukan banyak hal untuk menyangkal risiko pencurian identitas.
"Ketika berada di masa sulit, kebanyakan pelajar atau remaja kurang tenang menyikapi privasi yang mereka miliki, terutama dalam kaitannya dengan informasi yang mereka posting secara online. Tetapi mungkin banyak yang tidak tahu apa yang dapat mereka lakukan melalui jejaring sosial," ungkap Christopher Graham, komisioner invormasi dalam penelitian ini.
Survei ini muncul setelah Acas (layanan penasehat nondepartemen di Inggris) menerbitkan panduan untuk mendesak atasan mendisiplinkan karyawannya ketika berkomentar di situs jejaring sosial.
"Seorang manajer tidak perlu mengikuti seorang karyawannya ke tempat hiburan untuk memeriksa apa yang dikatakan karyawan tersebut kepada teman-temannya ketika berada di tempat kerja. Ini karena mereka dapat melakukan sesuatu di media online," ungkap John Taylor, chief executive Acas.
"Tetapi pada saat yang sama karyawan juga perlu berhati-hati tentang apa yang mereka posting secara online. Perilaku online tidak harus berbeda dari perilaku offline," lanjutnya.
Karyawan harus menganggap semua yang dikatakan di internet adalah publik dan harus mempertimbangkan apakah mereka ingin rekan-rekan atau atasan mereka membaca postingan atau komentarnya.
"Postingan mereka mungkin tidak berarti, tapi apa yang mereka posting bisa berakhir menjadi sesuatu yang nantinya akan dilihat miliaran orang di seluruh dunia," tutupnya.
Tidak ada komentar: