Bermain game sebenarnya bermanfaat atau tidak? Kita sering mendengar efek negatif dari bermain game, terutama pada anak-anak seperti sekolah atau pelajaran terganggu, kecanduan bermain game akan membuat pola makan anak tidak teratur sehingga mengakibatkan sakit, perilaku kekerasan di game tertentu kadang-kadang terbawa keluar dalam kehidupan sehari-hari, ingin membeli perangkat pendukung permainan game terbaru dan berusaha untuk mendapatkan uang tambahan dengan cara yang salah atau meminta kepada orang tua, susah membedakan mana kebutuhan dan keperluan dan sebagainya. Lalu pertanyaannya muncul, apakah ada manfaat dari bermain game itu?
Di tengah perdebatan pengaruh buruk yang ditimbulkan dari game, ada juga yang melakukan penelitian tentang manfaat yang didapat oleh gamer dari sebuah video game. Seorang perancang game mengemukakan teorinya tentang manfaat bermain game. Menurutnya, bermain video game dapat menyelamatkan dunia. Kok bisa?
Teori ini dilontarkan oleh Jane McGonigal, seorang perancang sekaligus pengamat game. Dalam acara konferensi Technology Entertainment Design (TED) yang digelar di Amerika Serikat, wanita itu mengatakan bahwa game dapat menyelamatkan kehidupan di dunia. “Hanya video game yang dapat menyelamatkan dunia, tetapi hanya bila kita meluangkan lebih banyak waktu untuk memainkannya,” ujar McGonigal,
Adapun yang dimaksud McGonigal game dapat menyelamatkan dunia adalah, memerangi kelaparan, kemiskinan maupun konflik global. Memang sebuah teori yang ‘nyeleneh’, namun McGonigal punya beberapa alasan sebagai dasar teorinya tersebut. “Dalam dunia game, manusia dapat berlaku baik ketimbang di dunia nyata. Misalnya dalam game World of Warcraft, dimana para pemain saling membantu untuk menyelamatkan dunia mereka, Azeroth,” tambah McGonigal. Bagi McGonigal, manusia manusia bakal memiliki hasrat lebih kuat untuk melakukan kebaikan. Lagi-lagi ia mengambil contoh dalam game online terbesar World of Warcraft. “Penduduk dalam World of Warcraft semuanya aktif bekerjasama, tidak ada yang hanya duduk manis dan berpangku tangan, manusia juga diajarkan bagaimana untuk selalu berlaku baik dalam kehidupan nyata.” tukas pembesut game Urgent Evoke itu.
Beberapa peneliti lain dari University of Rochester di New York, Amerika juga melakukan riset mengenai pengaruh positif dari bermain game. Dalam riset tersebut, para gamers usia antara 18 hingga 23 tahun dibagi menjadi dua kelompok. Yang pertama, adalah gamer yang dilatih dengan game Medal of Honor (Sebuah game FPS yang cukup terkenal). Mereka main game ini satu jam tiap hari selama sepuluh hari berturut-turut. Hasil penelitian menyebutkan bahwa para pemain game ini memiliki fokus yang lebih terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya, jika dibandingkan dengan mereka-mereka yang jarang main game, apalagi yang tidak main sama sekali. Gamer-gamer ini juga mampu menguasai beberapa hal dalam waktu yang sama atau multitasking bahasa kerennya. “Video game bergenre action itu menguntungkan, dan ini adalah fakta” kata Daphne Bavelier, ahli syaraf dari Rochester. “Hasil penelitian kami ini juga sangat mengejutkan karena proses belajar lewat main game ternyata cepat diserap seseorang. Dengan kata lain, game dapat membantu melatih orang orang yang memiliki problem dalam berkonsentrasi” tegas Bavelier.
Sementara itu, penelitian untuk kelompok kedua adalah kelompok gamer yang dilatih dengan Tetris. Tak seperti gamer medal of honor, gamer Tetris hanya berfokus pada satu hal pada satu waktu. Menurut C. Shawn, rekan Bavelier, kesimpulan dari test ini adalah bahwa mereka yang main Medal of Honor mengalami peningkatan dalam visual skill (atau penglihatan). Bermacam-macam tugas/quest yang terdapat dalam game action (misalnya mendeteksi musuh baru, melacak musuh, menghindari serangan, dll) dapat melatih berbagai aspek dari kemampuan visualisasi terhadap kurikulum Sekolah
Menurut Professor Angela McFarlane, Direktur Teachers Evaluating Educational Multimedia, “guru-guru mengalami kesulitan untuk memanfaatkan game pada saat jam pelajaran sekolah karena penggunaan video game tidak termasuk dalam kurikulum nasional”. McFarlane menambahkan bahwa, seandainya, game-game tertentu dapat dimainkan di dalam kelas secara legal dan merupakan bagian dari kurikulum, mungkin bukti dari penelitian para ahli tentang manfaat video game dapat dirasakan.
Selain itu para peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika , sudah memulai proyek yang mereka namakan “Education Arcade”. Proyek ini selain melibatkan peneliti, desainer game, pelajar dan mahasiswa, serta mereka yang tertarik dalam mengembangkan dan menggunakan game-game komputer dan video game di dalam kelas. “Walaupun main game menjadi salah satu hiburan paling populer di dunia dan sudah dilakukan penelitian tentang dampak positif dan negatifnya terhadap gamer, masih saja game sering kali diremehkan.” Itu pernyataan dari Mark Griffiths, profesor di Nottingham Trent University, Inggris. Untuk menyeimbangkan antara pro dan kontra terhadap game, selama lima belas tahun terakhir ini ia melakukan riset. Hasilnya? “Video game aman untuk sebagian besar gamer dan bermanfaat bagi kesehatan,” ujar Griffiths.
Menurut Griffiths, game dapat digunakan sebagai pengalih perhatian yang ampuh bagi yang sedang menjalani perawatan yang menimbulkan rasa sakit, misalnya chemotherapy. Dengan main game, rasa sakit dan pening mereka berkurang, tensi darahnya pun menurun, dibandingkan dengan mereka yang hanya istirahat setelah diterapi. Game juga baik untuk fisioterapi pada anak-anak yang mengalami cedera tangan. Selain itu, bermain game ternyata bisa mengurangi kepikunan pada saat menjelang berumur. “Bermain (videogame) bersama cucu sangat baik bagi para lansia. Sebab, kami tahu bahwa interaksi sosial mampu meningkatkan kemampuan daya pikir para manula,” kata peneliti yang juga profesor psikologi dari University of Illinois, Amerika Serikat, Dr Arthur F. Kramer.
Dalam penelitian yang dilansir jurnal Psychology and Aging edisi Desember disebutkan, studi itu melibatkan 40 lansia sehat dengan range usia antara 60-70 tahun. Awalnya, para partisipan mengikuti beberapa variasi tes mental. Riset tersebut menunjukkan manula yang bermain videogame dengan strategi berat bisa meningkatkan skor mereka berdasarkan jumlah ujicoba daya ingat.
Riset mencakup 49 manula yang secara acak ditugasi untuk main videogame, dan kelompok yang tidak ditugasi main game selama lebih dari sebulan. Kelompok main game menghabiskan waktu 23 jam untuk terlibat dalam “Rise of Nations, video game dimana para pemain berkeinginan mencapai dominasi dunia. Menguasai dunia membutuhkan setumpuk tugas berat termasuk strategi militer, membangun kota-kota, mengelola ekonomi dan memberi makan rakyat.game-ron-21
Ketika penelitian berakhir, kemampuan mental mereka kembali diuji. Jika dibandingkan dengan mereka yang tidak memainkan video game, pemain Rise of Nations menunjukkan peningkatan yang lebih besar soal cara kerja otak, ingatan jangka pendek, daya nalar, dan kemampuan berganti tugas.
Manfaat dari bermain game di antaranya :
Maka Dari itu biarkanlan anak-anak bermain game karena dengan bermain game, mereka akan mendapatkan sesuatu tidak mereka dapatkan di sekolah, karena pada dasarnya game itu melatih anak- anak untuk bisa memfokuskan diri mereka.
sumber : http://ligagame.com
Di tengah perdebatan pengaruh buruk yang ditimbulkan dari game, ada juga yang melakukan penelitian tentang manfaat yang didapat oleh gamer dari sebuah video game. Seorang perancang game mengemukakan teorinya tentang manfaat bermain game. Menurutnya, bermain video game dapat menyelamatkan dunia. Kok bisa?
Teori ini dilontarkan oleh Jane McGonigal, seorang perancang sekaligus pengamat game. Dalam acara konferensi Technology Entertainment Design (TED) yang digelar di Amerika Serikat, wanita itu mengatakan bahwa game dapat menyelamatkan kehidupan di dunia. “Hanya video game yang dapat menyelamatkan dunia, tetapi hanya bila kita meluangkan lebih banyak waktu untuk memainkannya,” ujar McGonigal,
Adapun yang dimaksud McGonigal game dapat menyelamatkan dunia adalah, memerangi kelaparan, kemiskinan maupun konflik global. Memang sebuah teori yang ‘nyeleneh’, namun McGonigal punya beberapa alasan sebagai dasar teorinya tersebut. “Dalam dunia game, manusia dapat berlaku baik ketimbang di dunia nyata. Misalnya dalam game World of Warcraft, dimana para pemain saling membantu untuk menyelamatkan dunia mereka, Azeroth,” tambah McGonigal. Bagi McGonigal, manusia manusia bakal memiliki hasrat lebih kuat untuk melakukan kebaikan. Lagi-lagi ia mengambil contoh dalam game online terbesar World of Warcraft. “Penduduk dalam World of Warcraft semuanya aktif bekerjasama, tidak ada yang hanya duduk manis dan berpangku tangan, manusia juga diajarkan bagaimana untuk selalu berlaku baik dalam kehidupan nyata.” tukas pembesut game Urgent Evoke itu.
Beberapa peneliti lain dari University of Rochester di New York, Amerika juga melakukan riset mengenai pengaruh positif dari bermain game. Dalam riset tersebut, para gamers usia antara 18 hingga 23 tahun dibagi menjadi dua kelompok. Yang pertama, adalah gamer yang dilatih dengan game Medal of Honor (Sebuah game FPS yang cukup terkenal). Mereka main game ini satu jam tiap hari selama sepuluh hari berturut-turut. Hasil penelitian menyebutkan bahwa para pemain game ini memiliki fokus yang lebih terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya, jika dibandingkan dengan mereka-mereka yang jarang main game, apalagi yang tidak main sama sekali. Gamer-gamer ini juga mampu menguasai beberapa hal dalam waktu yang sama atau multitasking bahasa kerennya. “Video game bergenre action itu menguntungkan, dan ini adalah fakta” kata Daphne Bavelier, ahli syaraf dari Rochester. “Hasil penelitian kami ini juga sangat mengejutkan karena proses belajar lewat main game ternyata cepat diserap seseorang. Dengan kata lain, game dapat membantu melatih orang orang yang memiliki problem dalam berkonsentrasi” tegas Bavelier.
Sementara itu, penelitian untuk kelompok kedua adalah kelompok gamer yang dilatih dengan Tetris. Tak seperti gamer medal of honor, gamer Tetris hanya berfokus pada satu hal pada satu waktu. Menurut C. Shawn, rekan Bavelier, kesimpulan dari test ini adalah bahwa mereka yang main Medal of Honor mengalami peningkatan dalam visual skill (atau penglihatan). Bermacam-macam tugas/quest yang terdapat dalam game action (misalnya mendeteksi musuh baru, melacak musuh, menghindari serangan, dll) dapat melatih berbagai aspek dari kemampuan visualisasi terhadap kurikulum Sekolah
Menurut Professor Angela McFarlane, Direktur Teachers Evaluating Educational Multimedia, “guru-guru mengalami kesulitan untuk memanfaatkan game pada saat jam pelajaran sekolah karena penggunaan video game tidak termasuk dalam kurikulum nasional”. McFarlane menambahkan bahwa, seandainya, game-game tertentu dapat dimainkan di dalam kelas secara legal dan merupakan bagian dari kurikulum, mungkin bukti dari penelitian para ahli tentang manfaat video game dapat dirasakan.
Murid murid yang memainkan game Battle of Hasting (game perang antara Normandia dan Saxon di Hasting) , di mana mereka berperan sebagai prajurit ataupun jendral dalam game tersebut, juga memberikan manfaat bagi para pemainnya. Penelitian menunjukkan bahwa Game ini membantu meningkatkan skill dalam bernegosiasi, mengambil keputusan, ataupun melakukan perencanaan, dan berpikir strategis.
James Paul Gee, penulis buku “What Video Games Have to Teach Us About Learning and Literacy”, berharap suatu saat nanti guru-guru dapat melibatkan game dalam tugas murud-muridnya. “Kalau ilmuwan dan kalangan militer sudah memanfaatkan game sebagai simulasi dan pengajaran, kenapa sekolah tidak melakukan yang sama?”Selain itu para peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika , sudah memulai proyek yang mereka namakan “Education Arcade”. Proyek ini selain melibatkan peneliti, desainer game, pelajar dan mahasiswa, serta mereka yang tertarik dalam mengembangkan dan menggunakan game-game komputer dan video game di dalam kelas. “Walaupun main game menjadi salah satu hiburan paling populer di dunia dan sudah dilakukan penelitian tentang dampak positif dan negatifnya terhadap gamer, masih saja game sering kali diremehkan.” Itu pernyataan dari Mark Griffiths, profesor di Nottingham Trent University, Inggris. Untuk menyeimbangkan antara pro dan kontra terhadap game, selama lima belas tahun terakhir ini ia melakukan riset. Hasilnya? “Video game aman untuk sebagian besar gamer dan bermanfaat bagi kesehatan,” ujar Griffiths.
Menurut Griffiths, game dapat digunakan sebagai pengalih perhatian yang ampuh bagi yang sedang menjalani perawatan yang menimbulkan rasa sakit, misalnya chemotherapy. Dengan main game, rasa sakit dan pening mereka berkurang, tensi darahnya pun menurun, dibandingkan dengan mereka yang hanya istirahat setelah diterapi. Game juga baik untuk fisioterapi pada anak-anak yang mengalami cedera tangan. Selain itu, bermain game ternyata bisa mengurangi kepikunan pada saat menjelang berumur. “Bermain (videogame) bersama cucu sangat baik bagi para lansia. Sebab, kami tahu bahwa interaksi sosial mampu meningkatkan kemampuan daya pikir para manula,” kata peneliti yang juga profesor psikologi dari University of Illinois, Amerika Serikat, Dr Arthur F. Kramer.
Dalam penelitian yang dilansir jurnal Psychology and Aging edisi Desember disebutkan, studi itu melibatkan 40 lansia sehat dengan range usia antara 60-70 tahun. Awalnya, para partisipan mengikuti beberapa variasi tes mental. Riset tersebut menunjukkan manula yang bermain videogame dengan strategi berat bisa meningkatkan skor mereka berdasarkan jumlah ujicoba daya ingat.
Riset mencakup 49 manula yang secara acak ditugasi untuk main videogame, dan kelompok yang tidak ditugasi main game selama lebih dari sebulan. Kelompok main game menghabiskan waktu 23 jam untuk terlibat dalam “Rise of Nations, video game dimana para pemain berkeinginan mencapai dominasi dunia. Menguasai dunia membutuhkan setumpuk tugas berat termasuk strategi militer, membangun kota-kota, mengelola ekonomi dan memberi makan rakyat.game-ron-21
Ketika penelitian berakhir, kemampuan mental mereka kembali diuji. Jika dibandingkan dengan mereka yang tidak memainkan video game, pemain Rise of Nations menunjukkan peningkatan yang lebih besar soal cara kerja otak, ingatan jangka pendek, daya nalar, dan kemampuan berganti tugas.
Manfaat dari bermain game di antaranya :
- Bisa menjadi sarana hiburan yang menyediakan interaksi sosial.
- Membangun semangat kerja sama atau teamwork ketika dimainkan dengan gamers-gamers lainnya secara multiplayer.
- Bagi manula (lansia) , bisa mengurangi efek kepikunan.
- Meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri anak saat mereka mampu menguasai permainan.
- Mengembangkan kemampuan dalam membaca, matematika, dan memecahkan masalah atau tugas
- Membuat anak-anak merasa nyaman dan familiar dengan teknologi.
- Melatih koordinasi antara mata dan tangan, serta skill motorik.
- Mengakrabkan hubungan anak dan orangtua. Dengan main bersama, terjalin komunikasi satu sama lain.
- Bisa membantu memulihkan kesehatan untuk beberapa kasus penyembuhan.
- Melatih kepekaan, melatih problem solving, berpikir logis dan kreatif, dan yang paling berpengaruh adalah secara tidak langsung kita belajar bahasa Inggris. Bahkan kita bisa belajar tentang pelajaran Biologi pada Game Lifeboat to Mars.
Maka Dari itu biarkanlan anak-anak bermain game karena dengan bermain game, mereka akan mendapatkan sesuatu tidak mereka dapatkan di sekolah, karena pada dasarnya game itu melatih anak- anak untuk bisa memfokuskan diri mereka.
sumber : http://ligagame.com
Tidak ada komentar: